Assalamualaikum Wr. Wb...
Kita ketemu lagi nih di postingan keberapa ayo ???
ke empat atau ke lima yah???
hehehhehe..... langsung aja yuk ............
Sekarang kita bahas mengenai hadiah nobel yuk ........
Tahu gak ???
ini juga impian ku dari dulu lho.... yaitu pengen banget dapet hadiah nobel.... heheheh
kita langsung aja yuk,,, ntar malah jadi curhat lagi... heheheh
ini dia aku ambil dari internet..
Sumber: Berita Iptek
Setiap
tanggal 10 Desember Stockholm menjadi perhatian dunia. Di kota yang dingin
tersebut, puluhan ilmuwan kelas dunia berkumpul untuk menyaksikan pemberian
hadiah Nobel kepada para ilmuwan yang dinggap telah berjasa memberikan
kontribusi penting dalam perkembangan sains. Setiap penerima hadiah Nobel tidak
hanya mendapat imbalan finansial yang besar, tetapi juga tercatat namanya dalam
sejarah dunia sains. Tidak heran jika para ilmuwan dunia berlomba-lomba agar
dapat masuk dalam catatan sejarah bergengsi tersebut. Sejak pertama kali
diselenggarakan pada tahun 1901, Nobel telah menjadi ajang kompetisi sains yang
keras dan tidak jarang penuh intrik.
Nobel memang
menggiurkan karena memberi nama harum tidak hanya bagi penerimanya, tapi juga
bagi negara asal pemenang hadiah tersebut. Telah lama para ilmuwan Indonesia
memimpikan munculnya pemenang Nobel asal Indonesia. Perguruan tinggi seperti
ITB secara diam-diam memiliki ambisi untuk melahirkan pemenang Nobel.
Upaya untuk
mendapatkan Nobel juga dilakukan beberapa ilmuwan tanah air lewat berbagai
cara. Bahkan ada yang mentargetkan hadiah Nobel pada tahun 2020. Dengan
mengikuti berbagai olimpiade sains, mereka mengharapkan akan muncul bibit-bibit
unggul ilmuwan Indonesia yang berkiprah dalam tingkat dunia.
Ambisi untuk
mendapatkan hadiah Nobel didasarkan pada asumsi sekaligus harapan bahwa
pemberian Nobel bagi ilmuwan Indonesia akan berdampak pada perkembangan sains
di tanah air. Pandangan ini menurut saya salah kaprah. Nobel bukanlah sebab,
melainkan akibat. Berhasilnya seorang ilmuwan mendapatkan Nobel adalah hasil
dari bekerjanya institusi sains di mana ilmuwan itu berada.
Nobel bukan
penghargaan yang diberikan seperti lomba balap karung. Artinya yang dinilai
bukanlah karya yang dihasilkan semalam suntuk, melainkan melalui proses
evaluasi atas seluruh hasil kerja sang ilmuwan dan dampaknya terhadap bidang
yang digelutinya. Tidak heran jika penerima Nobel pada umumnya ilmuwan yang
telah berkecimpung pada satu bidang tertentu selama puluhan tahun.
Dengan kata
lain, karya yang berkualitas Nobel sangat tergantung pada proses berkarya sang
ilmuwan. Di sini dapat dilihat bahwa sistem atau institusi sains di mana
ilmuwan itu berada sangat berpengaruh dalam menentukan apakah seseorang ilmuwan
mampu menghasilkan karya berkualitas Nobel atau tidak.
Mentargetkan
hadiah Nobel memang tidak salah. Tetapi mungkin ini kedengaran sedikit lucu
karena Amerika Serikat yang merupakan negara penerima hadiah Nobel terbanyak
tidak pernah membuat target semacam itu. Bahkan perguruan tinggi ternama
seperti MIT, Harvard, maupun Caltech tidak memiliki program khusus mendapatkan
Nobel. Mereka banyak memiliki professor penerima Nobel karena sistem insentif
dan kondisi yang kondusif yang dinikmati para peneliti di situ. Tidak jarang
ilmuwan penerima Nobel justru tadinya bekerja di perguruan tinggi lain lalu
pindah (tepatnya dibajak) ke salah satu perguruan tinggi ternama
tersebut.
Siapapun
akan bangga jika seorang ilmuwan Indonesia berhasil mendapatkan hadiah
bergengsi tersebut. Tetapi ambisi mendapatkan hadiah Nobel hanya membelokkan
kita dari realitas di mana yang perlu dibenahi terlebih dahulu adalah institusi
sains itu sendiri. Sejenius apapun seorang ilmuwan jika dia berada pada sistem
yang tidak kondusif maka Nobel hanyalah sebuah impian.
Karena itu
akan jauh lebih penting jika perhatian terhadap sains di tanah air difokuskan
tidak pada ambisi prestisius tetapi pada persoalan bagaimana institusi sains
kita dapat bekerja baik dan memberikan kontribusi langsung bagi
masyarakat.
Berbagai
permasalahan ekonomi, sosial, dan kesehatan yang dihadapi Indonesia saat ini
membutuhkan perhatian serius dari para ilmuwan kita. Dibutuhkan kesadaran para
ilmuwan kita untuk mau berpikir secara pragmatis agar institusi sains kita
mampu memberikan manfaat langsung bagi masyarakat luas. Bisa jadi inilah jalan
yang paling tepat bagi ilmuwan Indonesia menuju Stockholm.
Segitu aja dulu ....
bye....
Wassalamualaikum Wr. Wb..
Anda Sekarang Sedang Baca Artikel Tentang Apa itu Hadiah Nobel Anda Bisa Menemukan Artikel Apa itu Hadiah NobelSaya Ini, dengan url http://irineurakhmahfauziah.blogspot.com/2012/11/apa-itu-hadiah-nobel.html, Kamu Juga Boleh Menyebar Luaskan Artikel Ini Atau Mengcopy Paste Artikel Apa itu Hadiah Nobel ini Jika Memang Berrmanfaat. Tapi Saya Harap Anda Jangan Lupa Menyertakan Link Apa itu Hadiah Nobel Sumbernya. Thank's
Tidak ada komentar:
Posting Komentar